Cerita Sex Dewasa Di Kamar Mandi
Begitu sampai kamarnya, Nani telah menyambutku dengan tubuhnya yang begitu sensual, sengaja menonjolkan bentuk tubuhnya di balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat juga, menonjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya pun menonjol jelas.
Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus Nani menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinya bermain di dalam mulutku semakin ganas.
“Maas.. eehmmh.. Nani sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya.
“Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Nani sampai beberapa kali.
“Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku.
“Yaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi.
“Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.
Nani sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar. Begitu aku selesai menuang makananku ke piring untuk kusantap, Nani malah menarikku untuk pindah duduknya di sofa.
“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Nani bisa nemeni lebih enak..” katanya.
Nani sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang kejantananku sambil kadang mengocoknya.
“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku.
“Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku.
Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang penisku.
“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Nani mau..” tanpa menunggu persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang sedari tadi demikian tegang.
“Ahh.. cresp.. slepp.. aah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aah.. crepp.. crespp.. ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga selesai. Kunikmati sekali gejolak birahi, Nani menahan gairahnya dengan mengulum batang penisku.
“Non, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulumerangsangku.
“Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.
“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngrasain punya Nani..”
Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sore itu kami mandi berdua, bercumbu seolah tidak ada puasnya saling menggosok dan meremas bagian-bagian tubuh Nani atau pun penisku yang selalu tidak lepas dari genggaman tangan maupun belaian lidah dan mulut Nani. Sambil tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya ke mulutku, ditekanbuah dadanya ke dalam mulutku. “Ogghh.. Mas.. adduh Mas.. gelii.. Mas.. Nani kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh.. Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. sstt.. ehhm..” Mulut Nani terus mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang sedang diarasakan. Tanganku tidak mau diam, dan dengan penuh kelembutan jari tengahku masuk liang vaginanya yang menganga diantara selangkangan yang terasa licin oleh lendir kenikmatan vaginanya. Aku pun telah merasakan basah karena cairan yang keluar.
“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Nani kocok sendirian Mas.. yach, terus Mas, Nani ingin setiap hari begini Mas..” Mulutnya tak hentinya mengeluarkan kata-kata ungkapanbirahinya.
“Ehh.. Mass.. terus teken Sayaang.. Nani.. enaakk aduh Mas.. ogghh.. Maass, gellii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku semakin cepat. Jari tanganku terasa agak pegal juga mengikuti irama kocokan yang Nani inginkan. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat.
“Ohh Maass.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehh..” Nani mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi kamar mandi.
“Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. gelii.. sayaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh Mas..” begitu ucapan-ucapan birahinya yang sepertinya tidak kuduga bila melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja. Kubayangkan memang demikianlah apabila sepasang pria dan wanita kalau sedang mengalami gairah bersetubuh.
Pengalaman yang baru bagiku selama beberapa kali menggauli Nani. Ucapannya terus berulang-ulang terdengar merangsang diselingi desah nafas penuh birahi. Nani mengerang dan merangkul leherku dengan erat. Kepalanya bergoyang ke kiri dan kanan. Bibirnya menyentuh bibirku dan kamiberciuman lagi. Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah bibir atau rongga mulut.Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermaindi celah vaginanya. Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya merpermainkan payudaranya, Nani memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan birahinya dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang. Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan desah nafas yang memburu merasakan birahi yang kian memuncak.
“Sss ahh.. enak Mas..” erangnya.
“Ehm..” matanya setengah tertutup.
“Mas.. eghh putingku teruss.. Mas, mana penismu Mas.. Yach teruss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..”
Tangan kananku aktif memilin-milin puting susunya yang semakin mengeras sementara tangan kanan Nani meremas puting buah dadanya sendiri.
“Ah.. Mas.. kalau begini terus Nani tambah sayang sekali sama Mas.. ohh.. ohh..” Mulutnya terusmengeluarkan suara-suara gairah yang bila kudengarkan, menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Nani semakin erat menjelajahi birahinya yang bergejolak dan terus-menerus menggelinjang hebat. Nani melepaskan desah nafsunya dan memintaku mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang oleh mulutku.
“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..”
Setelah puas dengan buah dada yang kanan aku pindah ke yang kiri, putingnya kuisap kuat-kuat diselingi dengan cupangan pada bulatan payudaranya yang montok sehingga nampak beberapa tempat meninggalkan bekas merah. Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit payudaranya bergoyang ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot. Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit payudara yang membusung indah di dadanya yang nampak mulus bersih itu. Berkali-kalipermintaannya agar rangsanganku pada puting dan cupangan buah dadanya terus kulakukan sepuasnya.
“Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku.
“Non, penisku tambah tegang saja kalau Nani terus-terusan begitu..” bisikku.
Rupanya Nani menyadari keinginanku, saatnya menerima batang kejantananku untuk dapat segera diperlakukan semestinya ketika dia merasakan sentuhan penisku yang sudah tegang dari tadi. Dia gantian berlutut di depanku lalu dia menjilati penisku, dan meremas penisku sampai basah oleh jilatannya. Lalu Nani menyambut batang penisku, terasa hangat oleh belaian tangannya, kepala penisku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit penisku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot lubang penisku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkulku gemetar menahan rasa nikmat.
Mass.. punyamu menggemaskan lho Mas.. ini yang bikin ketagihan teruss.. enaak.. assiin Mas.. ahh..” Penisku yang masuk ke dalam kerongkongan Nani kucabut dari mulutnya dan kulepaskan, kemudian kupegang lengannya, kuangkat agar dia berdiri menyudahi permainan itu.
Aku sudah ingin beralih ke vaginanya yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut. “Yaangg.. adiknya bikin ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit penismu.. Yaang, Nani udaahh nggak tahan ngeliat penis Mas ngaceng sebesar itu ayo masukkan Maas..” kata Nani sambil membelai-belai kejantananku yang tegak kaku sambil diusapkan ke pipinya.
Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Nani mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang kemaluanku. Nani menuntun penisku yang sudah tegang, lalu menempelkan di bibir vaginanya. “Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhh.. nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..” Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan penisku yang terasa hangat di dalam vaginanya. Bergantian Nani yang aktif bagai menunggang kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang payudaranya dengan meremas dan memilinputingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke kanan ke kiri. Ah, beginilah jika gadis ini sedang dilanda gejolak birahi yang tinggi. Sampai tiba saat puncak birahinya menuntut rangsanganku lebih meningkat.
“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughh.. nikmatnya Maas..” Kini Posisiku berubah di atas sementara dengan segera betisnya yang indah dilipatnya ke arah paha dan bersamaan pantatnya yang sintal terangkat menahan dorongan penetrasiku. Tampak keindahan lubangkewanitaannya semakin leluasa ketika Nani semakin membuka kedua pahanya dan mengangkat betisnya tepat di pundakku.
“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong terus.. Yang dalam.. ach.. ohh..” matanya merem-melek menikmati goyangan penisku dan, “Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..” Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras-keras kiri-kanan kiri-kanan, diangkat tinggi-tinggi sambil mengelinjang agak sedikit teriak panjang. “Maass, tekeen yaang kerraass.. aakkuu mmaauu keelluuaar.. ayo Maas jugaa barreenng..” Liang senggamanya semakin sempit menjepit dan terasa menyedot penisku membuatku tak tahan lagi. “Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya. “Maass.. ohh.. ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak tahan..” Pantat Nani yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan kutekan agar kenikmatan orgasme liang senggamanya semakin terasa.
“Ohh.. ohh.. ohh.. ohh.. enakk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahh.. makin cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya, tapi oleh jepitan vaginanya. Penisku betul-betul terasa digenggam erat sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Nani kelihatannya sudah hampir orgasme, salah satu tangannya memainkan puting susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya, “Ahh.. ahh.. Mas.. Mas.. muncratin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahh.. aah.. ahh.. sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Nani semakin keras dan aku pun merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang sempit itu, memperoleh kenikmatan cinta Nani yang kian waktu tambah menggairahkan.
“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas.. oogghh.. yaach..” Nikmat sekali sensasi yang kurasakan persetubuhanku dengan Nani di dalam kamar mandi rumah kostku.
“Kamu puas Sayang?”
“Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”
“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaang.. kita mandi dulu yuk..”
Waktu mandiku bersama nani sore itu penuh gelora nafsu birahi yang tidak henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot-kemot, atau gantian kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam vaginanya sehingga Nani menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut. Sengaja Nani menekan payudaranya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan kirinya menekan kepalaku, sehingga seperti wanita menyusui bayinya, memanjakan buah hatinya sepenuh hati dengan buaian puting susunya, agar selalu nikmat untuk diisap. Sementara tangan kananku terus saya masuk ke dalam vaginanya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok vaginanya dan kumasukan jari tengahku ke dalam lubang yang becek dan licin dan tangan Nani kubimbing untuk memegang batang penisku dan mengocok-ngocoknya.
“Aaaduh.. saya mau keluar.. ohh.. aahh..” sambil mulutnya menganga dan matanya terpejam , diamencapai orgasme. Gairah mandiku bersama Nani kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.
Sore itu aku dan Nani mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi-sendi tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Nani seolah tidak puas sempai disitu saja. Menunggu malamtiba sengaja aku hanya bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temaram sehingga memberikan suasana semakin romantis percumbuan menjelang malam pertamaku menikmati tubuh yang indah yang untuk kali pertama kucumbu, kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sesitif dimana kenikmatan gairah hubungan kelamin kurasakan. Apalagi Nani yang dengan sengaja dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang hanya dengan sedikit menyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara hangatnya jepitan kedua bukit payudaranya yang membusung indah di dada Nani.